Jumat, 04 April 2014

Banyak Caleg tak Peduli Lingkungan


Tanjungpinang – PARA calon legislatif (caleg)  dan partai politik (parpol) yang memasang alat peraga di pepohonan sudah menjadi fenomena di Tanjungpinang mendekati pemilu 9 April 2014 mendatang. Tidak hanya sekadar dipasang, alat peraga seperti spanduk, baliho, poster dan lainnya ini dipasang dan dipaku ke pohon.Pemandangan seperti ini selalu terulang. Sudah ditertibkan oleh tim terpadu, kemudian dipasang lagi.
Tidak hanya di setiap momen pemilihan umum, tapi juga pada pemilihan kepala daerah.Ketua LSM Air, Lingkungan dan Manusia, Kherjuli, menilai fenomena banyak caleg memasang atribut parpol di pepohonan menunjukkan rendahnya kesadaran dan kepedulian para caleg dan partai politik (parpol) terhadap lingkungan. Mestinya calon pemimpin harus peduli dengan lingkungan, fakta semakin banyak lingkungan dirusak semakin banyak bencana terjadi.
“Parpol membiarkan calegnya atau parpolnya sendiri memasang alat peraga dipohon-pohon bahkan dipaku,”  kata Kherjuli kepada Tanjungpinang Pos, Selasa (11/2).
Kata Kherjuli,  karena sudah melanggar, ada tindakan tegas dari Panitia Pengawas Pemilu untuk mencabut dan menertibkan seluruh alat peraga yang dipasang di pohon.
“Selalu berulangnya fenomena ini menunjukkan bahwa Panwaslu belum pernah tegas terhadap hal ini,” tegasnya. Bahkan ia bersama-sama dengan mahasiswa peduli lingkungan, ingin mencopot langsung alat peraga parpol dan caleg yang dipaku di pohon.
Tapi, karena undang-undang  pemilu nomor 15 tahun 2013 tentang alat peraga, tidak berpihak ke lingkungan hidup, maka niat mencopot alat peraga di pohon tidak bisa dilakukan.
”Kalau kita capot sendiri kita bisa dikenakan pidana.Tapi geram juga melihat banyak pohon yang rusak dipaku oleh caleg dan parpol,” paparnya.
Kherjuli mengatakan, menekankan pelanggaran tersebut harusnya menjadi alat ukur atau penilaian dari publik terhadap caleg dan parpol tersebut. Artinya, masyarakat bisa melihat lebih jauh bahwa mereka ini sebenarnya tidak peduli terhadap lingkungan. Tidak peka terhadap lingkungan, tidak mau mendengarkan apa kata masyarakat.
“Bisa dijadikan dasar untuk menentukan pilihan. Sebaiknya tidak dipilih. Jadi publik menghukumnya secara langsung,” paparnyaMenurutnya,  kalau publik yang menghukum maka akan mendapatkan efek jera yang luar biasa bagi yang melanggar.
“Ini terus terjadi dan terus terulang. Kalau Panwaslunya tidak terlalu tegas, saya berharap publik yang menghukum, jangan dipilih lagi. Kita sudah surati Panwaslu, katanya keterbatasan personil maka masih banyak alat peraga parpol dan caleg di pasang di pohon,”  ungkapnya.
Kherjuli menggarisbawahi, perbaikan lingkungan harus dimulai dari perbaikan terhadap penegakan aturan-aturan yang ada. Sebab, pemilu merupakan mata rantai dari keputusan-keputusan strategis.
“Perbaikan lingkungan dimulai dari perbaikan kualitas pemilu,”  kata dia. Masih ada waktu untuk menertibkan alat peraga yang masih dipasang di pohon-pohon.Fungsi pohon bagi masyarakat cukup besar, selain untuk penghijauan, di siang hari pohon tersebut penyumbang oksigen terbesar  yang bermanfaat untuk semua masyarakat.
Malam hari pepohonan menyerap karbondioksida (CO2) dan air yang kemudian diubah menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari danapenyerap emisi dari kendaraan.Baik kendaraan roda dua maupun roda empat dan tiga.
”Caleg yang gambarnya di pasang dan dipaku di pohon salah satu caleg yang tak perlu di pilih dan caleg yang merusak lingkungan,” tegasnya. (ABAS)

Sumber : http://www.tanjungpinangpos.co.id/2014/02/89349/banyak-caleg-tak-peduli-lingkungan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar